Minggu, 08 Maret 2009

PARA PECINTA ROSULULLAH

PARA PECINTA ROSULULLAH

Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika Sayyidina Zaid bin Haritsah ra (salah seorang budak) ditawarkan kepadanya kebebasan untuk kembali kepada ayahnya atau tetap bersama Rasul. “Kupilihkan padamu,” kata Rasul, “bebas jadi orang merdeka kembali pada ayahmu atau tetap bersamaku?” Maka berkata Sayyidina Zaid bin Haritsah ra: “Wahai Rasulullah, aku tidak memilih orang lain selainmu. Jangan berkata silahkan pilih. Tidak akan kupilih orang lain selainmu ya Rasulullah.” Demikian indahnya cinta Sayyidina Zaid bin Haritsah ra kepada Sayyidina Muhammad saw, dan ia bukan seorang sahabat besar dari Khulafaur Rasyidin. Bagaimana lagi cinta para Khulafaur-Rasyidin kepada Nabi?

Sayyidina Abdullah bin Umar, ketika Rasul saw telah wafat, ia sedang duduk di Masjid Nabawi, maka terlihat seorang pemuda masuk ke Masjid terburu-buru. Dalam keadaan selesai berwudhu, masuk ke dalam shaf shalat berjamaah. Berkata Sayyidina Abdullah bin Umar ra: “Anak seperti ini, kalau dilihat oleh Rasulullah saw, pasti dicintai oleh Rasul.” Kenapa? Pemuda yang mencintai sunnah Nabi Muhammad saw. Pemuda yang berwudhu terburu-buru itu ingin hadir dalam shalat berjamaah.

Sampailah kita 14 abad setelah wafatnya Rasulullah saw. Namun tidak bisa memutus cinta kita kepada Nabi Muhammad saw. Empat belas abad jarak antara kita dengan Rasulullah saw. Kita tidak bisa terputus oleh jarak sepanjang itu. Kita tetap mencintai Nabi Muhammad saw. Kita tidak melihat Rasul, tidak berkumpul dengan Rasul, tidak mendengar suara Rasul. Tetapi kita mencintai Nabi Muhammad saw. Inilah yang paling menggembirakan hati Sang Nabi. Tidak ada yang lebih menggembirakan beliau daripada para pemuda yang mengikuti sunnah beliau saw.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari ketika Rasul saw berkhutbah di akhir majelis sebelum beliau wafat. Beliau keluar mengenakan pengikat kepalanya, menunjukkan sakit kepalanya yang demikian dahsyat. Beliau keluar menuju majelis dan duduk di atas mimbar menyampaikan ucapan, “Sungguh manusia muslimin akan semakin banyak, tetapi yang mendukung semakin sedikit. Bagaikan butiran-butiran garam di dalam suatu makanan, sedikit saja. Barang siapa yang dipimpin oleh seorang muslim, dan ia melihat ada suatu mudharat yang diperbuat oleh pemimpinnya, tetapi membawa manfaat bagi kelompok muslimin lainnya, maka terimalah perbuatan baiknya dan maafkan kesalahannya.” Hadits ini riwayat Shahih Bukhari. Pahamlah kita bahwa Rasulullah saw melarang pengingkaran terhadap pemimpin selama ia beragama Islam. Rasul saw memilihkan kepada kita pembenahan ummat dari bawah, bukan dengan penghancuran dari atas dengan kekerasan. Inilah wasiat Nabi saw.

Berkata Imam Bukhari ra bahwa setelah Rasul saw mengucapkan ini, beliau saw masuk rumahnya. Itulah majelis yang terakhir dihadiri oleh Nabi Muhammad saw. Wasiat beliau saw, bila muncul kelak orang-orang muslim yang memimpin pada kalian terlihat hal yang mudharat pada perbuatan mereka pada sebagian muslimin dan masih membawa manfaat bagi sebagian muslimin lainnya, terimalah perbuatan baik mereka dan maafkanlah kesalahan mereka. Inilah sabda dan wasiat Nabi kita yang terakhir dari khutbah beliau di majelis beliau yang terakhir. Maka tentunya kita semua menerima dengan ucapan “sami’na wa atha’na ya Rasulullah saw”.

Rabbi Ya Rahman Ya Rahim, jadikanlah kota Jakarta dan sekitarnya menjadi Serambi Madinah Munawwarah. Kota yang paling banyak mencintai Nabi Muhammad saw, mencintai sunnah Rasulullah, mengikuti sunnah Sang Nabi. Jadikanlah kota ini kota Ahlus sujud, kota ahlul khusyu, kota para pecinta Rasulullah. Yaa Rahman Yaa Rahim Yaa Dzal Jalali wal Ikram, inilah doa kami Rabbi, akan muncul kelak satu generasi sesudah kami yang akan memakmurkan kota Jakarta dan sekitarnya, dan memakmurkan seluruh Barat dan Timur, menjadikan muka bumi ini dihuni para pecinta Nabi Muhammad saw. Rabbi, kami berdoa dan kami ikut serta dalam perjuangan ini. Qobulkanlah ya Rabbi.

ORANG ORANG YANG ROSULULLAH CINTAI

ORANG ORANG YANG ROSULULLAH CINTAI
Sabda Rasulullah saw :
“Sungguh yang paling kucintai diantara kalian adalah yang paling baik akhlaknya diantara kalian” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah, Maha Raja Langit dan Bumi, Tunggal dan Abadi sepanjang waktu dan zaman di dalam Kesempurnaan Nya. Nama Yang Paling Indah disebut dan diingat, Nama yang Mengawali segala kejadian dan kehidupan, yang setiap kehidupan berawal dari Keagungan Nama Nya, yang setiap kehidupan berawal dari Kehendak Nya.
Hadirin hadirat…, wahai yang setiap sel tubuh kita yang milik Allah Swt, wahai yang diberi panca indera yang milik Allah..,

Hadirin hadirat sadarkah kita bahwa kita ini ada yang memiliki, ada yang mengatur setiap kehidupannya, ada yang mengatur jumlah nafasnya, ada yang mengatur usianya untuk hidup diatas bumi yang milik Nya, ada yang mendengar setiap ucapan yang diucapkannya, Maha Melihat setiap lintasan pemikirannya, Dialah Allah Swt Yang Maha Dekat kepada segenap hamba Nya tanpa sentuhan dan tanpa jarak.
Tiada menyerupai Nya segala sesuatu, Dialah Allah yang Tidak Serupa dengan segala galanya. Maha Tunggal dan Maha Sempurna. Dengan tidak bisa dibayangkan keberadaan Dzat Nya dan tidak bisa disamakan dengan makhluk Nya.

Tunggal berbeda dari segenap yang ada di langit dan bumi, kasih sayang Nya melebihi segenap kasih sayang, kelembutan Nya melebihi kemurkaan Nya. Sebagaimana firman Nya didalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari, “Rahmat Ku mengungguli daripada Kemurkaan Ku”. Rahmat Ku terlebih dahulu daripada Kemurkaan Ku dan Kasih Sayang Ku melebihi Kemurkaan Ku.

Menunjukkan ketika hamba telah banyak berbuat salah dan dosa, Kasih Sayang Ilahi tetap terbuka baginya untuk kembali kepada kelembutan Allah. Untuk dimaafkan dan untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia dan abadi. Allah Swt Semulia mulia Dzat yang Diingat dan Disebut setiap lisan, Semulia mulia yang Dimuliakan dan Diagungkan, Yang Paling Berhak Dimuliakan dan Dicintai adalah Allah Swt. Semakin seseorang mencintai dan merindukan Allah, menjaga perasaan Allah….
Adakah kita terlintas menjaga perasaan Allah agar Allah tidak kecewa?, Yang memiliki dirimu.., sepantas pantasnya yang kita jaga perasaannya adalah Allah.. Dan kita malam hari ini bertamu di rumah Allah.

Hadirin hadirat semakin besar keinginan seorang hamba untuk mencari keridhoan Tuhannya, untuk membuat Tuhannya senang maka ia semakin dicintai oleh Allah.
Pahami satu jiwa yang termuliakan dari semua jiwa, sanubari yang paling suci dari semua makhluk Nya, adalah Sayyidina Muhammad Saw.. Manusia yang paling menjaga perasaan Allah, Manusia yang selalu ingin berbuat apa apa yang sangat dicintai Allah dan selalu ingin membimbing hamba hamba Allah agar sampai pada kelompok orang orang yang dicintai Allah. Allah kabulkan niat mulia Sang Nabi Saw sehingga Allah berfirman “Qul in kuntum tuhibbunallah fattabi’uni yuhbibkumullah, katakanlah jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku (Nabi Muhammad Saw) maka kalian akan dicintai Allah” (QS. Ali Imran:31).
Allah menjaga perasaan Sang Nabi Saw. Allah tidak biarkan Sang Nabi Saw kecewa dan sedih. Oleh sebab itu ketika terputusnya wahyu beberapa waktu, mulailah penghinaan dari kaum kaum kuffar quraisy terhadap Sang Nabi Saw yang berkata “tampaknya setan yang biasa menyurupimu sudah hilang wahai Muhammad”. Nabi Saw itu kalau turun ayat, beliau menggigil, maka mereka mengumpamakan dg ejekan yaitu kesurupan.
Lalu muncullah firman Allah Swt dari ucapan orang orang kuffar mengatakan itu kemasukkan syaithan. Maka ketika tidak ada wahyu beberapa waktu, orang orang kuffar berkata “berarti sudah sembuh dari kesurupanmu”. Maka sakitlah Rasul saw mendengar pernyataan itu, bukan karena hinaan orang tapi karena takut berpisah dan takut jauh dari Allah. Sangat mencintai Allah dan tidak ingin berpisah dengan Allah walaupun harus berpisah dengan segala galanya.

Termuncul dari ucapan beliau (Nabi Saw) ketika dilempari dan dikejar kejar seraya berkata “in lam yakun laka ghadhabun alayya fala ubaliy, asal Kau (Allah Swt) tidak murka padaku, aku tidak perduli apapun yang menimpaku”.
Inilah jiwa termegah dan jiwa yang paling mulia yang dipuji oleh Allah, “wa innaka la’alaa khuluqin adhim, sungguh kau (Nabi Saw) memiliki akhlak yang agung” (QS.Al Qalam:4).

Ketika Sang Nabi saw didalam puncak kesedihan hingga jatuh sakit karena terputusnya wahyu dalam waktu yang lama, Allah turunkan firman Nya untuk menghibur Sang Nabi saw “Wadhdhuhaa, wallaili idza sajaa, ma wadda a’ka robbuka wamaa qalaa, walal akhiroti khoirullaka minal uulaa, walasaufa yu’thiika robbuka fatardha…., Demi cahaya dhuha, demi cahaya pagi dan demi malam ketika gelap gulita” (QS.Adhdhuha:1-5).
Al Hafidh Al Musnid Al Imam Qurthubi didalam tafsirnya menukil sedemikian banyak penafsiran tentang ayat ini. Dari salah satu penafsirannya yang tsigah, Al Imam Qurthubi mengatakan makna kalimat wadhdhuha disini adalah melambangkan cahaya yang menerangi hati orang orang yang dipenuhi cinta kepada Allah (qulubul arifin), dipenuhi cahaya khusyu’. Allah bersumpah dengan cahaya yang ada di sanubari ahlul khusyu’, ahlul sujud dan ahlul munajat. Orang yang jiwanya dipenuhi kerinduan kepada Allah, Allah bersumpah dengan cahaya itu yang menerangi jiwa mereka.

Dan dari sedemikian banyak jiwa yang memiliki cahaya rindu kepada Allah, tentunya pemimpinnya adalah Sayyidina Muhammad Saw. Allah sedang melambangkan indahnya iman pada jiwa Sang Nabi Saw dan para arifin (ahli makrifah) lainnya.

“wallaili idza sajaa, demi malam ketika gelap gulita” (QS.Adhdhuha:2). Al Imam Qurthubi menafsirkan salah satu dari makna penafsiran ini adalah demi malam ketika gelap gulita. Allah bersumpah menqiyaskan jiwa orang orang kuffar yang memusuhi Sang Nabi saw dalam gelap gulita. Tidak mengenali kemuliaan dan imam. Maksudnya antara jiwa Sang Nabi saw dan orang orang yang dimuliakan Allah dan orang orang yang gelap hatinya dengan kemuliaan.
“Ma wadda a’ka robbuka wamaa qalaa, Allah tidak akan meninggalkanmu wahai Muhammad dan tidak akan murka kepadamu” (QS.Adhdhuha:3). “walal akhiroti khoirullaka minal uulaa, hal hal yang akan datang jauh lebih baik daripada yang sekarang ini” (QS.Adhdhuha:4). “wa lasaufa yu’thiika rabbuka fatardha, Allah akan memberimu anugerah sampai kau benar benar ridha dan puas” (QS.Adhdhuha:5).

Al Imam Ibn Abbas dalam tafsirnya menafsirkan makna ayat “wa lasaufa yu’thiika rabbuka fatardha” adalah Syafa’at Nabi Muhammad Saw di yaumal qiyamah. Ayat ini juga menenagkan orang orang yang merindukan Allah Swt karena pemimpin mereka Nabi Muhammad Saw ditenangkan oleh Allah dengan turunnya ayat ini. Dan ayat ini juga diperuntukkan bagi kita. Tenangkan diri kita dengan cahaya Keagungan dan Kasih Sayang Illahi.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu Sang Nabi Saw selalu ucapan bibirnya mengucap Nama Allah, berdzikir, berdoa dalam segala hal. Bahkan diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, beliau (Nabi Saw) selalu mengucapkan “labbaik allahumma labbaik” mulai dari medan Arafah saat beliau pergi haji sampai Mudzdalifah, dari Mudzdalifah sampai Mina. Terus ucapan ini diucapkan “labbaik allahumma labbaik”, aku datang pada Mu wahai Allah, aku datang. Dan ucapan ini, para ahlul ma’rifah (para ulama) kita sering mengucapkannya walau bukan di musim haji dan umrah. Tapi dari cinta mereka kepada Allah, mengatakan “wahai Alllah wahai Allah, kami datang kepada kasih sayang Mu, kepada Rahmat Mu, kepada Pengampunan Mu, kepada Majelis Dzikir Mu, kepada Masjid masjid Mu, kepada Panggilan Shalat Mu”. seluruh bentuk ibadah dan taat kepada Allah adalah bentuk talbiyah dan ucapan aku datang kepada Mu wahai Allah. Seluruh bentuk ibadah. Setiap sujud adalah bentuk daripada ucapan labbaika allahumma labbaik. Wahai Allah aku datang pada Mu wahai Allah dalam setiap shalat kita, dalam setiap ibadah kita.

Jadikan dirimu siang dan malam dipenuhi cahaya talbiyah (aku datang kepada Mu wahai Allah). Datang siang, malam dalam kebaikan dan ibadah.

Hadirin hadirat, dan ketahuilah segala kemuliaan bukan hanya muncul pada ibadah ibadah yang khusus saja tetapi ibadah untuk menyenangkan hati orang orang yang shalih atau orang orang yang beriman atau ayah bunda kita adalah bentuk ibadah. Seseorang berkata (barangkali kalau zaman sekarang menyenangkan hati orang lain itu bukan ibadah). Hadirin hadirat, kalau dibilang ibadah syirik nanti. Tentunya tidak demikian. (tidak syirik), Menyenangkan hati seorang muslim, seorang mukmin apalagi ayah bunda apalagi shalihin atau bahkan Nabi Muhammad Saw adalah merupakan ibadah yang diganjar pahala oleh Allah. Sebagaimana firmannya “jangan sesekali mengeraskan suara pada ayah bunda kita namun ucapkan pada mereka kalimat yang baik”.(QS Al Isra 23). Kenapa? karena ucapan yang baik baik itu ibadah walaupun kepada kedua orangtua kita, bukan kita menyembah ayah bunda kita tapi mengikuti tuntunan Sang Nabi saw adalah ibadah. Karena firman Allah “athi’ullah wa athi’urrasul, taatilah Allah dan taatilah Rasul”. Bakti kepada orangtua adalah ibadah.

Rasul saw bersabda didalam hadits yang kita baca tadi “diantara kalian yang paling kucintai diantara kalian adalah yg paling baik akhlaknya”. Hadirin hadirat, ini menujukkan Sang Nabi saw memberi kesempatan kepada kita untuk berlomba lomba menjadi orang orang yang beliau saw cintai. Kenapa ucapan ini muncul? diantara kalian yang paling kucintai adalah yang paling baik akhlaknya.
Disini Sang Nabi saw mengajak kita berlomba lomba menjadi orang yang paling dicintai oleh beliau. Kenapa? karena orang yang paling dicintai beliaulah orang yang paling dicintai Allah.
Demikian hadirin hadirat rahasia dari makna hadits ini. Menunjukkan perbuatan perbuatan yang mengarah kepada hal hal yang menyenangkan Sang Nabi saw adalah ibadah dan hal tersebut merupakan bakti kita kepada Nabi Muhammad Saw.

Kehadiran kita ditempat ini adalah salah satu bentuk yang sangat membuka gerbang keridhoan Allah yang menggembirakan Sang Nabi saw. Apa sih yang membuat Sang Nabi saw gembira? yang membuat Nabi saw gembira itu adalah hal hal yang diridhoi Allah. Itu yang membuat Sang Nabi saw gembira, diantaranya akhlak yang indah. Jaga lidah kita jangan mencaci muslimin, jaga hati kita jangan membenci muslimin, jaga hari hari kita jangan mengganggu saudara saudari kita muslimin, apalagi ayah bunda kita, tetangga kita, keluarga kita, guru kita apalagi Nabiyyuna Muhammad Saw. Jangan sampai kita berbuat hal hal yang mengecewakan mereka.

Hadirin hadirat, “sungguh yang paling dicintai dihadapanku diantara kalian adalah yang paling baik akhlaknya diantara kalian”. Hadits ini jelas mengajak kita berlomba lomba menjadi orang yang paling dicintai olejh Nabi Muhammad Saw. Semoga Allah menjadikan kita orang orang yang paling dicintai Allah.

Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika Rasul saw menyebutkan “aku mendengar hentakkan sandalmu wahai Bilal dihadapanku di surga”. Saat Rasul saw Mi’raj sampai ke surga, beliau mendengar suara langkah sandalnya Bilal. Kita bertanya kenapa bukan Bilal yang masuk ke dalam surga Nya, tapi langkah sandalnya? ini menunjukkan perbuatan Bilal dicintai oleh Allah dan dicintai oleh Nabi Muhammad Saw. Para Muhaddits menjelaskan makna daripada hadits ini bahwa Bilal itu ketika ditanya akan hadits ini, kenapa bisa demikian? Bilal berkata “tidaklah aku batal wudhu terkecuali aku berwudhu lagi”. Batal wudhu, berwudhu lagi dan shalat sunnah 2 rakaat. Perbuatan itu dicintai oleh Allah dan Rasul. Dan Rasul melafadhkannya kepada umat ini agar sampai kepada kita. Untuk apa? Menunjukkan perbuatan memperbanyak wudhu itu dicintai oleh Rasul dan itu dicintai oleh Allah Swt.

Oleh sebab itu hadirin hadirat, perbanyak perbuatan yang membuat Rasul saw senang kepada kita. Bagaiman kalau kita mendengar hadits beliau, “seseorang bersama dengan orang yang ia cintai”. Pahamlah kita disini, munculkan kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw itu akan membuat kita dicintai oleh Allah dan akan membuat kita dicintai oleh Rasul saw.

Cinta kepada Allah dan Rasul itu akan membenahi keadaan kita, membenahi sifat kita, membenahi apa apa yang kita perbuat sehingga kita akan semakin terbimbing untuk mengikuti akhlak Nabiyyuna Muhammad Saw.

Hadirin hadirat, oleh sebab itu Rasul saw berkata (riwayat Shahih Bukhari) “tidak diperbolehkan untuk berselisih antara sesama muslim melebihi 3 hari”. Menunjukkan Rasul saw memahami perselisihan itu mungkin ada antara muslimin tapi tidak boleh lebih dari 3 hari, kata Rasul. Kalau tidak saling jumpa, tidak saling silaturahmi selama berpuluh puluh tahun tentunya tidak mengapa tapi jangan ada permusuhan., jika muncul permusuhan tidak boleh lebih dari 3 hari dan diantara 2 orang yang berselisih yang paling afdhol (kata Rasul saw) adalah yang memulai dengan mengucap salam kepada temannya. Dari orang yang berselisih, mana yang paling mulia diantara mereka? yaitu yang memulai salam terlebih dahulu. Itulah yang lebih mulia, kata Rasul saw.

Jika kita kaitkan ayat ini dengan habluminallah dan habluminannas. Subhanallah!! Betapa besarnya cinta Allah kepada kita. Kita tidak boleh berselisih lebih dari 3 hari, tapi kalau Allah harus 5X sehari kita menghadap. Demikian besarnya cinta Allah Swt kepada kita.
Wahai yang tidak bersujud kecuali hanya kepada Allah, benahi penghadapanmu kepada Allah dalam 5 waktu setiap harinya, karena itu adalah bentuk cinta Allah kepada kita dan jawablah lamaran cinta Allah Swt kepada kita. Bagaimana dengan kita?, dengan menunaikan shalat 5 waktunya, tambah lagi kalau mampu dengan qabliyah dan ba’diyah. Tidak mampu saya sibuk banyak pekerjaan di sekolah atau dalam pekerjaan dikantornya atau didalam perdagangannya atau lainnya. Ada waktu shalat witir malam hari setelah shalat isya, ada waktu shalat dhuha, ada waktu qiyamullail. Ada banyak waktu yang diluar waktu kesibukkan kita. Sempatkan waktu menjawab cintanya Allah yang wajib dan yang sunnah.

Hadirin hadirat, hiasi hari harimu dengan hal hal yang dicintai Allah, perbuatlah terus dan perbuatlah terus sebagaimana Allah menjanjikan “tiadalah seorang hamba beramal hal hal yang fardhu dan tiadalah hamba Ku berhenti pada hal hal yang fardhu saja tapi ia teruskan dengan hal hal yang sunnah sampai Aku mencintainya”. Amal yang fadhu semampumu perjuangkan, lebihkan lagi dengan hal hal yang sunnah, akan sampai waktunya Allah mencintaimu. Rabbiy pastikan kami semua sampai kepada nafas nafas yang Kau cintai wahai Rabb.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Penyampaian saya yang terakhir adalah munculnya banyak pertanyaan tentang hukumnya memakai minyak wangi yang mengandung alkohol atau minum obat batuk yang mengandung alkohol. Hadirin kalau minyak wangi itu alkoholnya tidak dihukumi “khamr”, bukan arak. Sebagian besar ulama membolehkannya karena bukan najis. Yang disebut alkohol yang diharamkan dan najis itu adalah yang memabukkan. Kalau minyak wangi dan obat bius lokal dikulit itu tidak memabukkan tapi itu racun. Kalau diminum tidak mabuk, tapi mati.
Oleh sebab itu tidak diharamkan, tidak najis hukumnya. Tapi yang diharamkan adalah diantaranya obat batuk yang mengandung alkohol. Obat batuk yang mengandung alkohol itu bukan racun tapi itu obat penenang yang juga menghilangkan rasa sakit dan lainnya itu adalah hal yang tidak diperbolehkan oleh syariah. Banyak obat batuk anak anak (mengandung alcohol), cari obat yang lain karena masih banyak yang tidak mengandung alkohol. Demikian hadirin hadirat yang diharamkan adalah yang melewati proses yang diperbuat sepeprti membuat arak. Memabukkan bila diminum itu haram hukumnya, walaupun sedikit. Hadirin hadirat demikian. Tapi kalau proses dibuatnya bukan untuk memabukkan maka tidak haram hukumnya dan hukumnya bukan hukum khamr.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Semoga Allah swt membangkitkan kecintaan didalam jiwa kita untuk selalu berbuat hal – hal yang dicintai Allah. Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal ikram terangi jiwa kami dengan pelita keindahan Nama Mu, terbitkan keindahan Nama Mu didalam jiwa kami dengan cahaya yang tiada pernah terbenam, Ya Rahman Ya Rahiim Ya Dzaljalali wal ikram kami benamkan seluruh doa dan munajat kami didalam doa kami, didalam dzikir kami, kami memanggil Nama Mu Yang Maha Luhur..

Hadirin hadirat setiap kali kau memanggil Nama Allah maka saat itu kalimat itu, kau telah memanggil Sang Pemilikmu, Yang Memilikimu didunia hingga di akherat, Dialah Allah Swt, Dzat Yang Paling Lembut dan paling mencintaimu, memberikan kepadamu kehidupan yang tidak bisa diberikan oleh sesama makhluk satu sama lain, Dialah Allah Yang Maha Tunggal dan Abadi.

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah.. Ya Allah.. Ya Allah..

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

AL QURAN DALAM KEHIDUPAN

AL QURAN DALAM KEHIDUPAN
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [QS. Al-Isra`: 23]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a berkata: Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw lalu bertanya: “Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku layani dengan sebaik mungkin?” Rasulullah saw bersabda: “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Rasulullah saw bersabda: “Kemudian ibumu.” Orang itu terus bertanya: “Kemudian siapa?” Rasulullah saw bersabda: “Kemudian ibumu.” Orang itu terus bertanya: “Kemudian siapa?” Rasulullah saw bersabda: “Kemudian ayahmu.” [HR. Bukhori, Muslim, Ibnu Majjah, Ahmad]

Saya ingat bahwa saya pernah memaki-maki ibu saya sewaktu saya masih sekolah di Sekolah Dasar. Dulu, terkadang saya merasa jengkel dan berfikir bahwa orangtua saya bukanlah orangtua yang faham kejiwaan anak. Padahal harusnya saya mengerti bahwa mereka memang bukan lulusan fakultas psikologi sehingga saya boleh menuntut mereka untuk memahami saya.

Namun dibalik itu semua, mereka memiliki sesuatu yang sangat indah. Kelembutan hati. Ya, kelembutan hati seorang ibu yang rela membawa saya kemana pun beliau pergi selama 9 bulan dan beberapa tahun. Namun sembilan bulan pertama adalah 9 bulan yang menakjubkan. Beliau membagi kehidupannya dengan saya, membagi nafasnya dengan saya, membagi makanannya dengan saya, dan menghabiskan seluruh waktunya bersama saya. Selama 9 bulan 10 hari.

Lalu lahirlah bayi mungil yang disambut dengan senyum kesyukuran. Bayi yang terus merasakan kelembutan kedua orangtuanya. Kelembutan orangtua yang rela terkena pipis dan ee si bayi. Kelembutan orangtua yang rela bangun di tengah malam untuk menggantikan popok agar si bayi dapat kembali terlelap dibuai mimpi. Kelembutan demi kelembutan mereka telah membalur di sekujur jiwa-raga saya. Namun hingga ibu saya wafat, saya belum dapat memberikan apa pun untuk membalas segala kelembutan dan kasih-sayang beliau.

Saya menyesal telah menyia-nyiakan waktu saya dalam kedurhakaan terhadap beliau. Kini tinggallah ayah saya. Ayah yang telah bekerja keras untuk mempersiapkan penyambutan atas kelahiran saya. Saya bukanlah raja atau pun presiden. Tetapi beliau menyambut kehadiran saya melebihi penyambutan atas kehadiran seorang raja. Bagi beliau, saya sangatlah istimewa. Saya berharap bahwa saya tidak akan menghabiskan hidup saya dengan membenci beliau. Saya tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya.

Jika dulu mereka telah bersabar atas kita, mengapa sekarang kita tidak dapat bersabar atas mereka? Ingatlah ini ketika Anda merasa kesal kepada orangtua Anda. Tersenyum dan bersyukurlah bahwa Anda masih bisa hidup bersama orangtua Anda. Karena kelak, akan datang masanya Anda merindukan mereka dengan segala perlakuan mereka. Anda akan merindukan mereka yang membelai kepala Anda. Mereka yang memindahkan Anda ke kamar Anda ketika Anda tertidur di ruang keluarga di masa kecil Anda. Atau mereka yang mengganjal kepala Anda dengan bantal ketika Anda terlelap di sofa. Atau mungkin mereka yang mengesalkan Anda ketika mereka menasihati Anda.

Wahai Allah, jadikanlah qubur orangtua kami yang telah wafat itu sebagai taman dari taman-taman surga. Dan jangan jadikan qubur mereka sebagai lembah dari lembah-lembah neraka. Ampunilah segala dosa mereka. Angkatlah segala siksa dari mereka. Dan sayangilah mereka seperti mereka menyayangi kami ketika kami masih kecil. Aamiin.

MASYARAKAT MUSLIM

MASYARAKAT MUSLIM
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [QS. Al-Isra`: 23]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a berkata: Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw lalu bertanya: “Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku layani dengan sebaik mungkin?” Rasulullah saw bersabda: “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Rasulullah saw bersabda: “Kemudian ibumu.” Orang itu terus bertanya: “Kemudian siapa?” Rasulullah saw bersabda: “Kemudian ibumu.” Orang itu terus bertanya: “Kemudian siapa?” Rasulullah saw bersabda: “Kemudian ayahmu.” [HR. Bukhori, Muslim, Ibnu Majjah, Ahmad]

Saya ingat bahwa saya pernah memaki-maki ibu saya sewaktu saya masih sekolah di Sekolah Dasar. Dulu, terkadang saya merasa jengkel dan berfikir bahwa orangtua saya bukanlah orangtua yang faham kejiwaan anak. Padahal harusnya saya mengerti bahwa mereka memang bukan lulusan fakultas psikologi sehingga saya boleh menuntut mereka untuk memahami saya.

Namun dibalik itu semua, mereka memiliki sesuatu yang sangat indah. Kelembutan hati. Ya, kelembutan hati seorang ibu yang rela membawa saya kemana pun beliau pergi selama 9 bulan dan beberapa tahun. Namun sembilan bulan pertama adalah 9 bulan yang menakjubkan. Beliau membagi kehidupannya dengan saya, membagi nafasnya dengan saya, membagi makanannya dengan saya, dan menghabiskan seluruh waktunya bersama saya. Selama 9 bulan 10 hari.

Lalu lahirlah bayi mungil yang disambut dengan senyum kesyukuran. Bayi yang terus merasakan kelembutan kedua orangtuanya. Kelembutan orangtua yang rela terkena pipis dan ee si bayi. Kelembutan orangtua yang rela bangun di tengah malam untuk menggantikan popok agar si bayi dapat kembali terlelap dibuai mimpi. Kelembutan demi kelembutan mereka telah membalur di sekujur jiwa-raga saya. Namun hingga ibu saya wafat, saya belum dapat memberikan apa pun untuk membalas segala kelembutan dan kasih-sayang beliau.

Saya menyesal telah menyia-nyiakan waktu saya dalam kedurhakaan terhadap beliau. Kini tinggallah ayah saya. Ayah yang telah bekerja keras untuk mempersiapkan penyambutan atas kelahiran saya. Saya bukanlah raja atau pun presiden. Tetapi beliau menyambut kehadiran saya melebihi penyambutan atas kehadiran seorang raja. Bagi beliau, saya sangatlah istimewa. Saya berharap bahwa saya tidak akan menghabiskan hidup saya dengan membenci beliau. Saya tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya.

Jika dulu mereka telah bersabar atas kita, mengapa sekarang kita tidak dapat bersabar atas mereka? Ingatlah ini ketika Anda merasa kesal kepada orangtua Anda. Tersenyum dan bersyukurlah bahwa Anda masih bisa hidup bersama orangtua Anda. Karena kelak, akan datang masanya Anda merindukan mereka dengan segala perlakuan mereka. Anda akan merindukan mereka yang membelai kepala Anda. Mereka yang memindahkan Anda ke kamar Anda ketika Anda tertidur di ruang keluarga di masa kecil Anda. Atau mereka yang mengganjal kepala Anda dengan bantal ketika Anda terlelap di sofa. Atau mungkin mereka yang mengesalkan Anda ketika mereka menasihati Anda.

Wahai Allah, jadikanlah qubur orangtua kami yang telah wafat itu sebagai taman dari taman-taman surga. Dan jangan jadikan qubur mereka sebagai lembah dari lembah-lembah neraka. Ampunilah segala dosa mereka. Angkatlah segala siksa dari mereka. Dan sayangilah mereka seperti mereka menyayangi kami ketika kami masih kecil. Aamiin.

ORANG TUA

IBUMU KEMUDIAN AYAHMU
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [QS. Al-Isra`: 23]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a berkata: Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw lalu bertanya: “Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku layani dengan sebaik mungkin?” Rasulullah saw bersabda: “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Rasulullah saw bersabda: “Kemudian ibumu.” Orang itu terus bertanya: “Kemudian siapa?” Rasulullah saw bersabda: “Kemudian ibumu.” Orang itu terus bertanya: “Kemudian siapa?” Rasulullah saw bersabda: “Kemudian ayahmu.” [HR. Bukhori, Muslim, Ibnu Majjah, Ahmad]

Saya ingat bahwa saya pernah memaki-maki ibu saya sewaktu saya masih sekolah di Sekolah Dasar. Dulu, terkadang saya merasa jengkel dan berfikir bahwa orangtua saya bukanlah orangtua yang faham kejiwaan anak. Padahal harusnya saya mengerti bahwa mereka memang bukan lulusan fakultas psikologi sehingga saya boleh menuntut mereka untuk memahami saya.

Namun dibalik itu semua, mereka memiliki sesuatu yang sangat indah. Kelembutan hati. Ya, kelembutan hati seorang ibu yang rela membawa saya kemana pun beliau pergi selama 9 bulan dan beberapa tahun. Namun sembilan bulan pertama adalah 9 bulan yang menakjubkan. Beliau membagi kehidupannya dengan saya, membagi nafasnya dengan saya, membagi makanannya dengan saya, dan menghabiskan seluruh waktunya bersama saya. Selama 9 bulan 10 hari.

Lalu lahirlah bayi mungil yang disambut dengan senyum kesyukuran. Bayi yang terus merasakan kelembutan kedua orangtuanya. Kelembutan orangtua yang rela terkena pipis dan ee si bayi. Kelembutan orangtua yang rela bangun di tengah malam untuk menggantikan popok agar si bayi dapat kembali terlelap dibuai mimpi. Kelembutan demi kelembutan mereka telah membalur di sekujur jiwa-raga saya. Namun hingga ibu saya wafat, saya belum dapat memberikan apa pun untuk membalas segala kelembutan dan kasih-sayang beliau.

Saya menyesal telah menyia-nyiakan waktu saya dalam kedurhakaan terhadap beliau. Kini tinggallah ayah saya. Ayah yang telah bekerja keras untuk mempersiapkan penyambutan atas kelahiran saya. Saya bukanlah raja atau pun presiden. Tetapi beliau menyambut kehadiran saya melebihi penyambutan atas kehadiran seorang raja. Bagi beliau, saya sangatlah istimewa. Saya berharap bahwa saya tidak akan menghabiskan hidup saya dengan membenci beliau. Saya tidak ingin menyesal untuk kedua kalinya.

Jika dulu mereka telah bersabar atas kita, mengapa sekarang kita tidak dapat bersabar atas mereka? Ingatlah ini ketika Anda merasa kesal kepada orangtua Anda. Tersenyum dan bersyukurlah bahwa Anda masih bisa hidup bersama orangtua Anda. Karena kelak, akan datang masanya Anda merindukan mereka dengan segala perlakuan mereka. Anda akan merindukan mereka yang membelai kepala Anda. Mereka yang memindahkan Anda ke kamar Anda ketika Anda tertidur di ruang keluarga di masa kecil Anda. Atau mereka yang mengganjal kepala Anda dengan bantal ketika Anda terlelap di sofa. Atau mungkin mereka yang mengesalkan Anda ketika mereka menasihati Anda.

Wahai Allah, jadikanlah qubur orangtua kami yang telah wafat itu sebagai taman dari taman-taman surga. Dan jangan jadikan qubur mereka sebagai lembah dari lembah-lembah neraka. Ampunilah segala dosa mereka. Angkatlah segala siksa dari mereka. Dan sayangilah mereka seperti mereka menyayangi kami ketika kami masih kecil. Aamiin.

dosa dosa besar

Dosa dosa besar
Sabda Rasulullah saw :
“Sebesar-besar dosa adalah menyekutukan Allah, membunuh manusia, durhaka pada ayah bunda, dan ucapan jahat atau kesaksian jahat.” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Limpahan Puji ke hadirat Allah Jalla wa ‘Ala. Maha Agung kerajaan-Nya, Maha Luhur Istana-Nya dan kemuliaan-Nya, Maha Megah istana-istana yang disiapkan untuk hamba hamba-Nya yang beriman. Istana-istana yang dibangun dan kekal abadi untuk menyambut Ahlu Laa Ilaaha illallah Muhammad Rasulullah (para Muslimin). Untuk menyambut hamba-hamba-Nya, istana-istana yang megah dan kekal telah dicipta dan dibangun atas Nama Cinta Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Salah satu bukti cinta yang tertinggi dan salah satu anugerah yang melebihi segenap anugerah Allah ini adalah (Dia Allah SWT sebagai) Samudera kelembutan di alam semesta ini yang selalu membasahi jiwa hamba-hamba-Nya dengan iman, yang membasahi hamba-Nya dengan rahmat dan anugerah sepanjang waktu dan zaman. Allah SWT Yang Maha Tunggal dan Abadi, Maha Sempurna dan Luhur, Maha Bercahaya menerangi jiwa hamba-hamba-Nya dengan cahaya khusyu’, dengan cahaya sujud, dengan cahaya munajat hingga ketika cahaya itu terbit pada jiwa dan sanubari mereka, maka tiada akan pernah berhenti indahnya bermunajat memanggil Nama Allah SWT.

Ingin dekat dengan Allah, ingin selalu dicintai oleh Allah, ingin selalu merindukan Allah dan selalu hari-harinya dipenuhi dengan bayang-bayang perjumpaan terindah dengan Allah SWT. Demikianlah jiwa-jiwa yang mulia dan luhur, demikian sanubari yang dicintai dan dimanjakan Allah SWT.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah.
Sampailah kita di malam hari ini yang masih menyaksikan indahnya kasih-sayang Allah SWT dengan tuntunan Sang Nabi SAW. Salah satu bentuk rahmat Allah SWT yang terbesar adalah kebangkitan Sayyidina Muhammad SAW yang dengan tuntunannya (Nabi SAW) berlimpahlah kasih-sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya di masa ummat ini. Dan demikian banyaknya hamba yang diampuni, demikian banyaknya hamba yang terangkat dari kegelapan menuju terang-benderang dan keindahan. Sedemikian banyak nama yang sampai ke dalam surga. Sedemikian banyak nama yang terangkat dari neraka. Sedemikian banyak kebahagiaan dan kemakmuran kekal sampai kepada mereka. Inilah bentuk rahmat Ilahi dengan kebangkitan Sayyidina Muhammad SAW.

Hadirin-hadirat yang dimuliakan Allah,
sampailah kita di malam hari ini dengan hadits agung dan tuntunan tertinggi dari semua tuntunan. Bimbingan paling sempurna sepanjang waktu dan zaman. Tuntunan Muhammad Rasulullah SAW yang setiap ucapan-ucapan beliau merupakan cahaya wahyu Ilahi, yang setiap apa yang beliau ajarkan akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sampailah sabda ini kepada kita, “Akbarul kabaair Al Isyraak billahi,” dosa yang paling besar adalah menyekutukan Allah. Ketika seorang hamba menyembah selain Allah SWT maka itu adalah dosa yang paling besar. Durhaka kepada Allah karena pada hakikatnya tiada satu pun makhluk di alam terkecuali diciptakan Allah SWT. Dan tiada pencipta selain Allah SWT. Maka ketika hamba-Nya mengakui ada Tuhan selain Allah SWT, itu adalah sebesar-besarnya dosa. Bentuk-bentuk dari mempersekutuan Allah SWT adalah mengakui adanya Tuhan yang disembah selain Allah.

Mengenai hal-hal yang sering dituduhkan oleh sebagian saudara kita tentang pengagungan Sang Nabi SAW dan pengangungan para ulama dan hal itu mereka katakan sebagai menduakan Allah SWT, tentunya hal itu pemahaman yang keliru. Karena mencintai Sang Nabi SAW justru adalah bentuk kesempurnaan iman dan demikian mencintai para penerus beliau (Nabi SAW). Demikian pula memuliakan orang tua kita.

Satu-satunya dosa yang tidak diampuni oleh Allah SWT adalah menduakan/menyekutukan Allah SWT. Yang dimaksud di dalam hadits itu bukan berarti orang yang menyembah selain Allah SWT itu tidak akan pernah mendapatkan pengampunan. Tentunya sudah pasti mendapatkan pengampunan jika bertaubat. Tetapi yang dimaksud Allah SWT tidak akan memberikan pengampunan kepada hamba-Nya seandainya ia tidak mau bertaubat. Beda dengan para pendosa lainnya, dosa mereka bisa dikikis dengan musibah, atau dengan siksa kubur, atau dengan siksa neraka, tetapi akhirnya mendapat pengampunan Allah SWT. Namun bagi yang menyekutukan Allah SWT tidak mendapat pengampunan Allah SWT, terkecuali mereka bertaubat. Jika mereka bertaubat, maka pengampunan Allah SWT sampai kepada mereka. (Dan dosa syirik ini dapat menghapus segala pahala ibadah yang dikerjakan sebelumnya. Seperti halnya rumah, jika pondasinya hancur, maka hancurlah seluruh rumah beserta isinya. Admin)

Yang kedua adalah qatlunnafs, yaitu membunuh. Membunuh seorang muslim dengan sengaja, bukan dengan tidak sengaja, maka ini adalah salah satu dari dosa yang paling besar. Dan ini adalah dosa yang paling besar nomor dua setelah menyekutukan Allah SWT.

Yang ketiga adalah ‘Uququl walidain, orang-orang yang durhaka kepada ayah ibunya. Durhaka kepada salah satunya juga merupakan bentuk dari dosa durhaka kepada ayah atau ibunya.

Al-Imam Ibn Hajar Al-Atsqalani di dalam kitabnya Fathul Bari bi Syarah Shahih Bukhari menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ‘uququl walidain (durhaka kepada ayah dan bunda) bukanlah tidak menuruti atau tidak mengikuti perintah ayah dan bunda. Boleh saja tidak taat pada ayah dan ibu, tetapi yang dilarang adalah mengecewakan dan menyakiti mereka. Jadi Al-Imam Ibn Hajar menukil ucapan Imam Nawawi ra bahwa tidak semua perintah ayah dan ibu itu muthlaq harus ditaati. Tetapi yang menjadi dosa besar adalah menyakiti mereka walaupun taat. Bisa saja seorang anak taat pada ayah dan ibunya tetapi dengan cara yang menyakiti. Ini termasuk kedalam durhaka pada ayah dan bunda.

Oleh sebab itu hadirin hadirat, dijelaskan tidak taat kepada ayah dan ibu, selama tidak menyakiti mereka, bukan termasuk ke dalam durhaka kepada ayah dan bunda. Barangkali terkena dosa, tidak taat terkena dosa, tapi bukan durhaka. Kalau durhaka adalah menyakiti perasaan mereka. Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, Rasul SAW juga memerintahkan bakti kepada ayah dan bunda walaupun mereka non muslim. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari, ketika salah seorang istri beliau (Nabi SAW) bertanya , “Bagaimana jika seseorang didatangi oleh ayahnya yang masih musyrik? Apakah boleh disambut?” Maka Rasul saw menjawab “Boleh, sambutlah kedatangannya.” Demikian diperintahkan oleh Nabiyyuna Muhammad SAW. Karena bakti kepada ayah dan bunda itu adalah rasa terima kasih atas jasa yang besar dari mereka yang telah melahirkan kita, membesarkan kita dan yang telah membimbing kita.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Rasul SAW meletakkan ganjaran bakti kepada kedua orangtua ini dalam satu tingkatan dengan jihad fi sabilillah. Bahkan di dalam riwayat Shahih Bukhari dijelaskan bahwa bakti kepada kedua orangtua lebih besar dari jihad fisabilillah. Sebagaimana salah satu riwayat ketika salah seorang pemuda datang kepada Rasul SAW seraya meminta izin untuk ikut berjihad dan Rasul SAW bertanya, “Afiika abawaan? Apakah kau punya ayah ibu?” Maka pemuda itu menjawab, “Ya, punya.” Rasul saw bertanya lagi, “Kayfa taraktahuma? Bagaimana (keadaan mereka ketika) kau tinggalkan mereka?”
Maksudnya apakah ridho dengan keberangkatanmu atau tidak? Maka pemuda itu menjawab, “Taraktu humaa wa humaa yabkiyaan. Aku tinggalkan ayah bundaku dalam keadaan menangis.” Maka Rasul SAW menjawab, “Irja’ ilayhimaa (Kembali engkau kepada keduanya). Fa adh-hik humaa kamaa abkayta humaa (Buatlah mereka tersenyum sebagaimana engkau telah membuat mereka menangis). Fa fii himal-jihad (Maka di dalam perbuatan itu terdapat pahala jihad).” Sekarang engkau harus berusaha membuat mereka tersenyum dan senang. Dan di dalam perbuatan itu terdapat pahala jihad. Demikian indahnya bakti kepada ayah dan bunda yang Rasul SAW katakan bahwa hal itu merupakan salah satu dari bentuk jihad fi sabilillah.

Muncul banyak pertanyaan beberapa saudara-saudara kita. Pertanyaan muncul pada saya melalui email maupun website tentang kekecewaan atas perbuatan ayah atau ibunya. Ayahku buruk perbuatannya atau ibuku buruk perbuatannya, bagaimana? Apakah saya boleh membencinya?

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
tiada sepantasnya seorang anak mengecewakan atau menghina ayah dan ibunya walau ia seorang yang pendosa, misalnya. Sepantasnya seorang anak berkata “Sebesar apapun kesalahanmu atau bagaimanapun orang membencimu, aku tetap anakmu yang akan tetap mencintaimu dan ingin engkau kembali kepada kemuliaan.” Demikian sepantasnya setiap anak. Orang lain mau mencaci ayahku, aku tidak akan mencaci ayahku sendiri. Aku akan cinta dan bakti pada ayahku sendiri, apapun perbuatannya. Jika ayah ataupun ibu perbuatannya adalah dosa besar tentunya mereka bukan tanggung jawab kita untuk mendidik mereka, karena mereka mempunyai ayah dan bunda yang bertangung-jawab. Dan Allah SWT Maha Menghakimi dan tiadalah kita diperintah untuk menghakimi ayah bunda kita ketika ayah ibu kita berbuat salah. Maka tegurlah dengan kelembutan dan kasih-sayang atau jika tidak, doakanlah sebanyak banyaknya dan dalam perbuatan itu ada perbuatan jihad.

Karena apa? Tadi hadits yang kita dengar Rasul SAW berkata, “Sebagaimana kau buat mereka kecewa maka buat mereka gembira dan tersenyum.” Maksudnya apa? Jadikan mereka mencintai dan merelakan kepergianmu dalam jihad untuk pemuda tadi. Dalam perbuatan itu, untuk membuat mereka yang awalnya benci perbuatan jihad fisabilillah sampai dengan cinta kepada jihad fisabilillah, terdapat pahala jihad. Jadi kesimpulannya, kita mengambil makna dari hadits ini, jika kita mempunyai ayah atau ibu yang kurang baik perlakuannya dan kita berusaha membenahi dan mengembalikan mereka kepada kemuliaan dengan kelembutan, dengan kesopanan atau dengan doa dan munajat, maka pada perbuatan itu terdapat pahala jihad.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah.
Sungguh menyesal mereka kalau sudah kehilangan ayah ibunya. Tinggal penyesalan saja. Tidak bisa berbakti kepada ayah dan ibunya. Hati-hati kepada ayah kita, jangan sampai kita membenci ayah kita ini, perbuatannya kasar, tidak suka dengan majelis atau lainnya. Ingat.., di saat kita lahir ke muka bumi, belum ada teman, belum ada kekasih, belum ada siapapun. Ayah kita yang memeluk kita dan yang mengadzankan kita sambil menangis gembira atas kelahiran kita. Itu untuk Ayahanda kita dan lebih lebih lagi untuk Ibunda kita.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
yang keempat adalah qauluzzuur, yaitu ucapan-ucapan yang jahat, atau syahadatuzzuur yaitu sumpah-sumpah yang jahat. Maksudnya apa disini? Perbuatan dan ucapan seperti gunjingan atau cacian tidaklah termasuk ke dalam ucapan yang jahat (qauluzzuur) terkecuali sangat merugikan orang lain. Jadi membicarakan orang adalah berdosa tapi bukan qauluzzuur yg merupakan dosa terbesar diperingkat keempat, terkecuali kalau sudah betul-betul menjebak orang itu agar celaka. Ucapan jahat ini lebih dekat kepada fitnah. Satu ucapan-ucapan yang mencelakakan orang lain, ini salah satu dari dosa-dosa besar.

Al-Imam Ibn Hajar dalam kitabnya Fathul Bari mencatat sekitar 70 dari dosa-dosa besar. Ini yang dosa besar diantaranya tadi adalah orang yang menyekutukan Allah, orang yang membunuh, orang yang durhaka kepada ayah dan ibunya dan orang yang mengucapkan kalimat-kalimat yang jahat. Ucapannya diucapkan untuk membuat orang lain menghina orang atau menjebak orang itu atau menipu orang itu. Ini disebut ucapan-ucapan yang jahat.

Kalau syahadatuzzuur adalah sumpah yang membawa kejahatan bagi orang lain. Jadi sumpah palsu itu belum sampai ke tingkat sumpah yang jahat. Sumpah palsu kalau untuk dirinya sendiri, tidak kena dosa besar. Kalau sumpah yang jahat, misalnya dikatakan mengenai orang yang tidak berzina, “Aku sumpah melihat ia berzina.” Nah ini sumpah yang jahat dan besar sekali dosanya di hadapan Allah SWT.
Jadi, hati-hati kalau kita berbicara misalnya lewat sms, lewat hubungan telepon atau dengan yang lainnya. Ucapan-ucapan yang menjebak orang lain, memfitnah orang lain, mengadu domba orang lain. Apakah hal seperti ini disebut ucapan jahat? Ini adalah dosa yang sangat besar dan hati-hati dengan perbuatan kita.

Sang Nabi SAW memberikan tuntunan kepada kita, seindah-indahnya tuntunan. Sehingga kita tahu mana ini yang dosa besar, mana dosa yang sangat dimurkai Allah SWT hingga kita akan menghindarinya. Kalau seandainya demikian banyaknya dosa-dosa yang kita perbuat, bagaimana kita bisa menghindari semua dosa. Maka yang mampu memberikan kekuatan hanyalah Allah SWT. Makin kuat iman dan cinta kita kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan semakin mencabut sifat-sifat buruk dari jiwa kita, dari ucapan kita, dari hari-hari kita. Ya Allah Yang Maha Terang Benderang menerangi kehidupan dan budi pekerti hamba-hamba-Nya dengan tuntunan Nabiyyuna Muhammad SAW. Demikian hadirin mengenai hadits ini.
Kemudian, salah satu ibadah yang sangat besar pahalanya, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad adalah bakti kepada ibu. Ketika Abdullah bin Umar ra didatangi seorang pendosa yang berkata, “Wahai ibn Umar, aku ini selalu berbuat dosa, tetapi aku mau tobat dan mau menebus dosaku, aku harus beramal apa?” Abdullah ibn Umar ra berkata, “Kau punya ibu?” Maka pemuda itu berkata “Sudah wafat.” Dijawab oleh Abdullah ibn Umar, “Ya sudah kalau sudah wafat, kau perbanyak ibadah saja.” Ketika pemuda itu pergi, orang yang disebelah ibn Umar bertanya, “Kenapa kau tadi tanya ibunya? Apa hubungannya ibu dengan dosa orang itu?” Maka Ibn Umar berkata, “Aku belum menemukan satu pahala yang bisa memupus dosa-dosa melebihi dari menyenangkan ibunda sendiri.” Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah SWT.

Dan dijelaskan barangsiapa yang menginginkan keberkahan hidup, panjang umur dan rezki yang luas maka senangkanlah hati ibunya. Maka itu Allah akan bukakan baginya limpahan keberkahan.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah.
Dan disaat-saat ini, di bulan syawal yang diberkahi Allah SWT. Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim Rasul saw bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan lalu diikuti dengan 6 hari puasa di bulan Syawal, maka seakan-akan ia puasa setahun penuh.” Jadi, puasa syawal 6 hari, setelah puasa Ramadhan, maka baginya pahala seakan-akan puasa setahun penuh (sepanjang tahun). Kenapa demikian hebatnya? Demikian anugerah-anugerah yang Allah limpahkan di bulan Syawal. Bulan yang sangat berdekatan dengan bulan yang sangat dicintai oleh Allah, yaitu bulan Ramadhan.

Al-Imam Nawawi Rahimahullah di dalam Syarah Nawawi ‘ala Shahih Muslim menjelaskan bahwa tidak disyaratkan puasa 6 hari di bulan Syawal itu harus di awal (tanggal 2 atau 3 Syawal). Tanggal berapa saja, mau 6 hari di awal, 6 hari di tengah, 6 hari di akhir atau dipisah-pisah, 1 hari dulu baru besok 2 hari, besoknya tidak puasa. Selama ia masih di bulan Syawal, ia puasa 6 hari, maka ia mendapatkan pahala itu dan tidak disyaratkan harus berurutan. Mau di akhir sama saja. Namun Imam Nawawi rah.a mengatakan bahwa afdholnya adalah berpuasa di awal setelah hari 1 Syawal atau setelah hari 2 Syawal. Karena 1 Syawal diharamkan berpuasa tentunya. Sebagaimana kita pahami.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
kemuliaan syawal. Dan Allah SWT tidak menyisakan 1 detik pun terkecuali tersimpan padanya rahasia anugerah yang demikian dahsyatnya. Dan demikianlah tuntunan manusia yang paling berlemah-lembut, Sayyidina Muhammad SAW. Manusia yang paling berkasih-sayang. Allah SWT sangat berkasih-sayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal shalih dan Maha Pemaaf kepada para pendosa jika mereka mau meminta ampun dan maaf kepada Allah SWT. Maafnya Allah sangat luas dan demikian pula yang terlihat pada sosok Nabi-Nya, Nabi Muhammad SAW. (Barangsiapa telah melihat Nabi, maka dia telah melihat Allah. Barangsiapa mengenal Nabi, maka dia telah mengenal Allah. Bukannya Nabi adalah Allah. Tetapi apa yang ada pada Allah terlihat pula pada Nabi. Karena Nabi tidak berakhlaq kecuali dengan apa yang dilihatnya pada Allah. Tetapi Allah lebih besar Kasih-Sayang-Nya, dan lebih Indah lagi. Demikianlah Allah mendidik Nabi, dan pendidikan Allah kepada Nabi itu begitu indah. admin)

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, dikatakan bahwa seorang pemuda datang kepada Rasul SAW dan berkata “Wahai Rasul, aku telah berbuat dosa sangat besar. Aku minta hukuman.” Di saat yang sama, iqamah shalat dikumandangkan dan Rasul SAW tidak menjawabnya. Beliau (Nabi SAW) buang muka dari pemuda itu dan terus melaksanakan sholat jamaah. Sang pemuda menangis, “Aku datang untuk bertaubat. Betapa jahatnya dosaku sampai Rasul tidak dengar ucapanku malah terus melakukan sholat saja.” Tidak dijawab “ya” tidak pula diberi hukuman. Maksudnya apa ia menginginkan hukuman? Agar terhapus dosa-dosanya. Selesai saja hukuman, maka aku bisa tenang, maksudnya begitu. Ini minta hukuman atas dosa, malah tidak dijawab oleh Rasul SAW. Berarti aku ini betul-betul orang yang paling jahat, minta hukuman saja Rasul SAW masih tidak perduli dan meneruskan sholatnya. Selesai sholat, maka pemuda itu dipanggil oleh Rasul SAW, wajahnya sudah sembab dengan airmata penuh kesedihan. Sepanjang sholat penuh tangisan. Karena apa? Ucapannya tidak diperdulikan oleh Rasul SAW saat ia minta hukuman agar dosanya dihapus. Maka Rasul SAW berkata, “Engkau tadi yang minta hukuman atas dosa-dosamu?” Ia berkata, “Benar ya Rasulullah!” Rasul SAW bertanya lagi, “Kau tadi sholat berjama’ah bersama kami?” Pemuda itu menjawab, “Benar ya Rasulullah.” Rasul SAW menjawab, “Allah SWT sudah hapuskan dosa-dosamu karena kau tadi ikut sholat berjamaah.”

Demikian indahnya budi pekerti Nabiyyuna Muhammad SAW. Orang datang minta dihukum karena dosa malah Rasul SAW mendiamkannya. Maksudnya apa? Agar ikut sholat berjamaah dulu. Selesai sholat berjamaah, Allah SWT mengampuni dosa dengan hadirnya seseorang dalam sholat berjamaah. Al Imam Ibn Hajar Al Atsqalani di dalam kitabnya Fat-hul Bari bi Syarah Shahih Bukhari menjelaskan bahwa Rasul SAW pasti sudah tahu tentang dosa orang itu, karena Rasul SAW tidak akan sembarangan mengatakan Allah sudah mengampuni dosamu, kalau Rasul SAW tidak tahu betul bahwa dosa itu benar sudah diampuni. Rasul SAW sudah tahu dosa orang itu dan memang Allah sudah membenarkan taubatnya dan sudah menghapus dosanya. Dan di dalam riwayat itu juga tersimpan kemuliaan shalat berjamaah.

Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah.
Semoga Allah SWT memuliakan hari-hari kita, membenahi hari-hari kita, Ya Rahman Ya Rahim telah kami lewati kemuliaan Ramadhan, telah kami lewati kemuliaan Idul Fitri, jangan Kau lewatkan 1 butir pun kemuliaan itu kecuali Kau sampaikan kepada kami. Engkau beri kesembuhan yang sakit dari kami dan Kau beri kemudahan bagi yang ditimpa kesulitan di antara kami. Dan Kau kabulkan segenap hajat hajat kami.

Ya Rahman Ya Rahim Wahai Yang Maha Bercahaya siang dan malam menerangi hamba-hamba-Nya dengan kemudahan dan kebahagiaan. Wahai Nama Yang Maha Luhur melebihi indahnya segenap nama. Wahai Nama Yang Maha Abadi. Wahai Nama yang menyiapkan anugerah yang kekal dan abadi untuk hamba-hamba-Nya yang selalu bertaubat dan memanggil Nama-Mu.

Hadirin-hadirat “Man ahabba syai’an, katsura dzikrahu.” Barangsiapa yang mencintai sesuatu akan banyak-banyak menyebutnya. Maka cintailah Allah, banyaklah menyebut Nama Allah. Semoga Allah SWT memasukkan kita ke dalam kelompok orang-orang yang mencintai-Nya. Ya Rahman Ya Rahim terangi jiwa kami dan hari-hari kami dengan cahaya kemudahan, dengan cahaya kebahagiaan. Jangan kecewakan hamba yang memanggil Nama-Mu dan menyebut Nama-Mu dan mengingat keindahan Mu.

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Dzaljalali wal ikram Ya dzaththauli wal in’am. Allah SWT berfirman, “Ingatah kalian pada-Ku dan Aku akan mengingat kalian, sebutlah Nama-Ku dan Aku akan mengingat nama-nama kalian.” Ingatlah nama-nama kami Ya Rahman Ya Rahim Ya dzaththauli wal in’am terbitkan kebahagiaan bagi kami siang dan malam kami, hidup dan wafat kami Ya Rahman terbitkan matahari kebahagiaan yang tiada pernah padam, limpahi kami dengan kemakmuran, limpahi kami dengan cahaya iman atas muslimin muslimat zhahiran wa bathinan.

Wassalamu ’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh.